Rabu, 29 Februari 2012

Pada Suatu Perjalanan


Pada suatu perjalanan

Riuh bumi membangun kan dari tidur ku malam tadi. Suara suara burung yang bernyanyi ikut meramaikan. Secerca sinar tajam menusuk mata ku, yang memaksa ku bangkit dari angan angan panjang ku. Ku singkapkan segera kain sarung mini yang sudah sangat lusuh itu dari badan ku. Uuuh, bau nya bagai bau orang yang sudah tersesat ditengah lautan selama sebulan. Ku berdiri, sambil merapikan rambut ku yang sepupuan dengan ijuk ini.
                Ku ambil sepeda reot ku dari samping gubuk tua ku. Ku usap sedikit stank nya, sambil berkata “Semoga ini lah hari keberuntungan ku”. Itu seperti mantra ku setiap pagi untuk memulai pagi ku.
                Sepeda ini adalah sepeda warisan kakek ku yang ia beli saat jepang hengkang dari negeri ini. Wajar saja pedal nya keras, dan selalu berderik derik ketika ku mengayuh nya perlahan.
“Hah, hidup hidup.. derikan sepeda ini, nyanyian burung, dan pohon pohon tua ini lah yang selalu menemani hidup ku.”
Aku adalah seorang anak sulung dari 3 bersaudara. Semenjak ayah ku pergi meninggalkan dunia ini, ibu ku begitu depresi yang akhirnya menghantarkan nya juga keujung hayat nya. Setelah meninggal nya ibu ku, kedua adik perempuan ku diambil oleh sanak keluarga ku. Lalu aku diasuh oleh kakek ku disebuah gubuk kecil ditengah hutan. Kami hanya tinggal berdua. Tetapi, memang mungkin tuhan ingin mengajarkan aku, agar aku dapat kokoh dengan mandiri. Setahun aku hidup bersama kakek ku, ia pun menghembuskan nafas terakhir nya. Yang membuat ku sangat terpukul, ia pergi karena ingin menyelamatkan ku saat aku tenggelam dilaut. Kaki nya termakan oleh putaran baling baling perahu, karena tak kuat menahan sakit nya, akhirnya ia pun meregang nyawa nya dilaut itu, sempat aku mengusap wajah nya, berteriak meminta tolong, tetapi ia pergi begitu cepat. Bak badai yang begitu dahsyat dan berlalu begitu cepat;menegangkan dan sebentar. Suara ku langsung membahana ditengah lautan.
                Semenjak kepergian kakek,aku hidup sendiri di gubuk buatan kakek. Hari hari ku ,ku rasakan begitu sunyi. Berusaha menghidupi diri ku sendiri ditengah keburaman negeri ini.
                Aku bekerja sebagai buruh panjat kelapa,dan pengantar koran. Upah nya tak seberapa. Tetapi,cukup untuk makan ku hari itu. Aku, tak lagi bersekolah. Semenjak kakek pergi, sekolah ku putus. Tentu saja itu karena aku tidak mampu meneruskan nya. Sesungguh nya, jauh dihati ku yang paling dalam, aku mempunyai keininan untuk menjadi seorang sarjana. Ah, itu hanya angan angan yang tidak mungkin dapat ku gapai.**
                Pagi ini, aku mendapat tugas untuk memanjat pohon kelapa dikebun Pak Harfan. Letak nya di tepi pantai. Lumayan jauh dari gubuk ku. Pak Harfan bilang, jika aku dapat menjatuhkan 200 kelapa,aku akan diberi bonus. Senang rasanya ketika mendengar Pak Harfan berkata seperti itu, nanti uang nya akan aku tabung untuk membeli sarung. Aku malu dengan tuhan ku, masa harus berjumpa dengan nya hanya menggunakan sarung lusuh dan baju compang camping.**
                “Oo Ramjan ! Kau panjat kebun sebelah sini nanti ya !”Teriak Pak Harfan.
Sambil tersenyum aku mengacungkan jempol kurus ku pada nya,pertanda aku mengerti akan perintahnya.
                Sekitar tiga jam aku berayun ayun,berpindah dari satu pohon, kepohon lain nya.
Kayak nya udah cukup lah.” Aku meloncat turun dari atas pohon kelapa. Aku mulai menghitung satu persatu buah kelapa tua itu.
“198,..199.. 200 ... ! yuhuuuuuuu !!!” teriak ku. Sejenak aku terdiam, bluump. Ku palingkan wajah ku kebelakang, kulihat sebuah kelapa menggelinding menuju pantai. Ku kerahkan sejuta tenaga ku mengejar kelapa itu. Tcuuuuuuussh .. sekujur tubuh ku tenggelam di air laut itu,ku kejar kelapa itu hingga dedasar. Ku dapatkan buah kelapa itu,ku peluk erat sambil berenang kepermukaan. Sreeeeeeeeeeeeeeeng... Suara mesin perahu tiba tiba terdengar. Menggema diair. Seketika sekujur tubuh ku kaku. Seketika ku rasakan dingin nya tangan kakek saat ia meregang nyawa nya,terbayang wajah pirus kakek yang masih bisa tersenyum saat ia meregang nyawa nya, dan suara kakek terngiang ditelinga ku. Kelapa tua itu terlepas dari pelukan ku,melayang bersama tubuh kurus ku tengah sepi nya air laut .**
Saat aku membuka kelopak mata ku,pandangan ku berbayang bayang. Ku lihat semua menjadi kembar. Suara mesin yang keras menyadarkan ku.
Dah sadar kau? Nah, minum la ni biar ndak dingin kau.
makasih mak!
Ku teguk minuman itu hingga habis. Kurasakan sensasi hangat disekujur tubuh ku. Rasa ploong sekali. Tapi, apa ini ?  Ya Allah, jangan jangan ini arak ?!
                “Apa ni mak ?”
                “Tuak, mau tambah ? ni haa
Aku menggeleng kuat. Kakek pernah bilang kepada ku,untuk menjauhi minuman yang memabukkan. Jika kakek masih hidup, mungkin kakek akan melibas ku dengan lidi kelapa seratus kali.
Suara mesin ini, kembali membuat kepala ku pusing. Mungkin ini yang dibilang banyak orang;trauma. Kakek, kakek ku meninggal karena mesin ini !
                Orang orang di perahu ini berusaha mengajak ku bercengkrama. Tetapi,kecemasan ku ini membuat bibir ku enggan melebar, menunjukkan senyum. Mungkin orang orang diperahu ini,lelah menghiburku. Aku tidak tahu,entah kemana mereka akan membawa ku. Yang terpikir oleh ku, cepat turun dari perahu bermesin ini dan memberikan kelapa kelapa tua ini kepada Pak Harfan.
                Mamak nak kemane ? aku nak pulang ?
                Kami nak keBatam. Kau tinggal dimana ?”
Ya ampun, jauh nya aku terbawa. Aku hanya tertekun. Bagaimana Pak Harfan,pasti ia akan marah kepada ku. Pikiran melayang terbawa angin timur.**
                Salah seorang mamak diperahu itu mengangkat ku menjadi anak nya, karena ia tidak mempunyai anak. Hendarto nama salah seorang mamak yang mengangkat ku menjadi anak itu. Istri nya bernama Shinawa.Ku rasakan keluarga ini begitu hangat. Aku merasakan kembali kehangatan keluarga ku disini. Aku disekolah kan ,dirawat,dan diberi kasih sayang.**
                Hingga disuatu saat, ibu angkat ku itu sakit. Seharian ia mual mual, suhu tubuh nya meningkat,wajah nya pun pucat. Aku kasihan kepadanya. Ayah angkat ku pergi ke Pekanbaru. Aku takut terjadi sesuatu kepada nya,aku segera membawa nya kerumah sakit.
                Dokter itu hanya tersenyum kepada ku. Aku bingung. Aku hanya anak SMA yang belum mengerti masalah kesehatan.
                “Ibu mu itu hamil,bukan sakit”
Oh tuhaan ! Ini sebuah kabar yang sangat mengembirakan. Tujuh belas tahun orang tua angkat ku ini tidak dikaruniai anak, dan sekarang ,sekarang ibu angkat ku hamil ! Aku langsung mengabari ayah angkat  ku. Ayah angkat  ku begitu bahagia mendengarnya, dan berpesan untuk menjaga ibu selagi dia diperjalanan pulang.**
                Tiba saat nya ibu melahirkan. Aku dan ayah begitu was was menunggu kelahiran nya. Sejenak aku tertekun. Aku menunduk,tanpa seizin ku buliran air mata jatuh dari pelupuk mata ku. Ayah mengusap wajah ku,wajah nya begitu pasti. Air wajah nya begitu damai. Ku peluk ia erat erat.
                “Terimakasih yah,telah membesar kan aku..”
                “Terimakasih juga, kau telah menjadi anak ku dan istri ku. Sekarang kau akan punya adik.”
Degup jantung ku tiba tiba saja kencang. Adik ..Aku mempunyai adik ! Sebelumnya, aku juga telah mempunyai adik. Sekian tahun aku melupakan kedua adik perempuan ku. Ayah angkat  ku menyuruh ku untuk menyelesaikan sekolah ku terlebih dahulu,baru lah aku mencari kedua adik ku.**
                Anak kandung ibu, ternyata perempuan. Namanya sekar Wulan. Wajah nya bulat,bulu mata nya melentik,alis mata nya mirip dengan taji ayam. Dagu nya meruncing,cantik dan elok pekerti nya. Sekarang ia sudah menginjak sekolah dasar. Dan aku, usia ku makin tua. Aku mendapat beasiswa kuliah ke Paris. Dan membuahkan beberapa huruf dibelakang namaku, “RAMJAN DAERMA .Msc.”.Tentu saja itu semua tidak lepas dari bimbingan dan dukungan orang tua angkat ku, Pak Hendarto dan Buk Shinawa, serta adik kecil ku;Sekar. Semangat ku juga tidak lepas dari bayang bayang kakek. Terimakasih, ayah,ibu,adik,dan kakek .. **
                Senja telah merona di langit. Matahari malu malu mulai bersembunyi, langit memerah, dibingkai oleh burung burung yang berterbangan.
                Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi ku. Artikel artikel ku diterima oleh para produsen. Terlukis senyum diwajah ku. Senyum tulus karena jeri payah ku terbayar sudah. Ku letak kan tas ransel ku diatas meja kerja ku yang bertumpukan dengan kertas kertas putih. Ku hempaskan tubuh ku diatas gundukan kapas;tempat tidur. Ku biarkan pikiran ku melayang layang menikmati keberhasilannya.**
                Tiba tiba aku mendengar suara tangisan anak kecil dari sudut kamar. Aku berdiri dan langsung bergegas menuju sumber suara tangisan itu. Mungkin kah Sekar menangis ? Tetapi suara tangisan itu suara tangisan anak lelaki. Ku temui sesosok anak lelaki yang meringkuk di belakang pintu kamar ku. Tubuh nya kurus,wajah nya bulat,dan pakaian lusuh.Tangisan nya begitu pilu. Ku pegangi pundaknya,berusaha menenangkan nya. Tapi, ia memberontak dan menangis semakin kuat. Siapa anak ini ?
“Dik, kamu siapa ? Dan kenapa kamu menangis ?”
“Hiks..hiks.. kau,kau yang membuat ku menangis ! membuat ku menyesali hidup ku !”
Aku bingung dengan ucapan anak ini. Apa yang dimaksud nya, tidak bisa ku cerna. Sebelum nya, tidak pernah ada anak laki laki yang pernah bertamu kerumah ini hingga malam begini. Aku kembali bertanya kepada nya dengan pelan.
“Tenang, nama mu siapa ?”
“Ramjan.”
Aku berdiri menjauhi nya. Aku berusaha menggapai stopkontak lampu untuk menghidupkan lampu kamar ku. Tapi, kemana stop kontak nya ? biasanya, dia tertanam di tepi kusen pintu kamar ku. Bak menghilang ditelan dunia. Aku dan anak itu diselubungi kegelapan.
“Kau orang jahat ! Kau benar benar jahat ! aku tak pernah ingin tumbuh besar menjadi kau ! aku adalah anak baik. Yang akan menjaga dan merawat adik adik perempuan ku. Bukan seperti kau !”
Teriakan nya membahana di telinga ku. Bayangan bayangan suram masa lalu ku kembali singgah di kepala ku setelah lama dia mati didalam hati ku. Teriakan ibu kandung ku saat ayah meninggal, ibu ku yang depresi,adik adik ku yang diambil oleh saudara ku, aku yang ditinggal sendiri,kakek yang merawat ku, kakek yang menolong ku, dan kematian kakek dihadapan ku. Semua nya muncul bergantian dikepalaku.
“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak ! aku bukan orang jahat ! siapa kau ?!”
“Aku adalah kau. Ingat kah kau, saat kau bangun dari mimpi indah mu, disaat kakek bilang,banguun Jan,jadi la urang berhasil. Ambik balek adik adik kau tu. Jangan lupa kau pada urang tu.
Dulu kakek selalu berkata begitu kepada ku. Kakek selalu berpesan agar aku jangan pernah melupakan adik adik perempuan ku. Karena itu, kakek dan aku selalu berusaha mencari uang untuk kembali membawa kedua adik ku. Butiran intan murahan jatuh bercucuran diwajah ku. Anak itu memandangi ku begitu tajam. Sorot mata nya menusuk hatiku, menghancurkan peti masa lalu ku. Mengacak acak berkas berkas kehidupan ku yang memilukan.
“Jangan pernah kau menjadi orang yang melupakan janji !”
Suara suara ancaman anak itu menggema di seluruh ruangan kamar ku. Anak itu kemudian menghentikan tangisan nya. Pandangan nya berpindah ke tempat tidur ku. Tangan kurus nya melintang mengarahkan pandangan ku.
Kulihat tubuh seorang lelaki muda yang tertidur dengan air mata diwajah nya. Wajah nya mirip dengan ku. Ku dekati perlahan, tiba tiba anak kecil itu berteriak melengking dan mengaget kan ku.**
Kejadian tadi malam,selalu terbayang di mata ku. Aku memutuskan untuk kembali keSelat Panjang,tempat aku dilahirkan. Ayah ,ibu dan adik angkat ku melepas kepergian ku dengan haru. **
Di perjalanan, aku menaiki perahu modern yang menggunakan mesin super kencang. Karena tidak ada pesawat yang transit ke daerah ku itu.
Suara para inang inang yang riuh membuat tak bisa tenang. Hingga dua jam kemudian inang inang itu pergi menuju darat. Baru ku rasakan  kenyamanan disini. Tiba tiba ada seseorang yang memukul pundak ku.
“Kakek ?”
“kau terlambat cucuk ku.”
Aku tak mengerti ini. Suara mesin yang keras membuat ku kaget. Saat aku kembali melihat kesamping, kakek sudah tak ada. Mesin perahu terus menggerang,ingatan ku mulai menggambarkan saat kakek meninggal karena menyelamatkan aku,saat aku berenang menyelam meraih kelapa, ingatan ku,ingatan ku !**
Desa kecil ku kini telah berevolusi. Dulu, kebun Pak Harfan lah yang menjadi penyambut para tamu yang datang kedesa ini. Tapi sekarang, telah berdiri sebuah perusahaan kelapa sawit yang besar. Entah siapa pemilik nya.
Aku berjalan menuju gubuk sederhana ku dulu. Tetapi, yang ku temui hanyalah sebuah rumah sederhana yang aku tak kenal pemilik nya. Ku teruskan menuju rumah Pak Harfan, rumah nya tidak berubah. Ku ketuk pintu rumah nya perlahan. Tiba tiba keluar seorang lelaki paruh baya, yang berkumis tebal. Mirip dengan Pak Harfan,tapi tak mungkin Pak Harfan masih muda,pastilah usia nya sudah tujuh puluh tahunan.
Lelaki itu menanyakan nama ku. Ia tampak kebingungan dengan ku. Wajah nya seperti tidak suka dengan kedatangan ku.
“Aku Ramjan, buruh panjat kelapa 16 tahun dulu?”
Lelaki itu berusaha mengingat ingat aku. Dan sesaat kemudian ia berteriak,”aaah, yayaya, si Ramjan itu. Sudah sukses kau sekarang ?”
  Sekarang aku tau, dia adalah bag Pi’i. Anak pertama Pak Harfan. Dan Pak Harfan sudah lama meninggal.**
               Bang Pi’i mengantarkan ku kerumah saudara ku yang mengambil adik adik ku dahulu. Dia hanya bercerita sedikit tentang keluarga ini, dan pulang kembali meninggal kan ku.
               Ku temui mak etek yang sedang merajut diteras rumah. Ia terkejut akan kedatangan ku. Dia menganggap ku orang asing. Mak etek sama sekali tidak mengingat ku. Aku berusaha mengingatkan ia tentang aku. Ia menangis dihadapan ku.
              Ia bercerita tentang perusahaan kelapa sawit didepan pulau, katanya, perusahaan itu adalh hasil rintisan kedua adik ku. Aku tersenyum bangga,tapi tiba tiba senyum ku pecah menjadi deraian air mata. Mak etek melanjutkan ceritanya. Perusahaan itu dulu menjadi bahan rebutan oleh para tengkulak tengkulak serakah. Para tengkulak tengkulak itu mengadakan pemberontakan besar besaran di perusahaan itu, dan saat itu kedua adik ku berada disana. Tampa ampun, tengkulak tengkulak itu memukuli kedua adik ku hingga tewas.**
                 Didepan gundukan tanah ini aku menjatuhkan butiran butiran air mata ku. Kugenggam tanah kuning didepan ku. Aku adalah kakak yang jahat. Aku melupakan kedua adik ku. Kakek.. kini hanya penyesalan yang ada pada ku,penyesalan pada suatu perjalanan hidup ku ..

3 komentar:

  1. Cerpen nya bagus ! gue tunngu yg slanjut ny neh. ok ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih .
      sabar menunggu ya.
      pastikan kamu tetap setia menanti ..
      hehehe ^^

      Hapus
  2. Cerpen nya cukup bagus.
    Novhi cukup berbakat nih. kamu mau enggak masuk ke kelompok Lingkar Pena Pekanbaru ? nanti disana novhi bisa meluangkan ide ide kreatif nya bersama teman teman yang lain ? dan kalo bagus,bisa kita bukukan ?

    Jika ingin bergabung,bisa @twitter nya: Lpe.Pkb

    BalasHapus

terimakasih ya atas kunjungan anda! Happy Teste Avhy merupakan sebuah blog dofollow. Bila anda seorang blogger,pada saat anda berkomentar, maka secara otomatis anda akan memeroleh back link cuma-cuma.

Kritikan anda sangat berguna bagi kami.. ^_
^